72 Tahun HMI: Koreksi dan Resolusi
Gagasan tanpa implementasi hanya akan dikenang sebagai wacana yang akan lenyap di awang-awang. Wajah intelektualisme HMI akan kabur jika hanya di isi oleh kader-kader yang sibuk "mendengkur" di ruang-ruang praktis dan perebutan simbolik dangkal sebuah jabatan.
Cita-cita besar Himpunan hanya akan menjadi mimpi, menjadi kembang penghias retorika yang kehilangan esensi. Bagi kader, bagi kelas intelegensia yang pada mulanya di harapkan mampu mengisi relung-relung berbangsa dan bernegara.
Hilangnya "daya ledak intelektual" kader-kader HMI hari ini, menjadi momok yang patut kita koreksi. Hilangnya sebuah pondasi dasar bagaimana pikiran dan ide-ide besar tentang keindonesiaan dan keummatan digagas dan diproduksi.
Merumuskan Formulasi
Keberlansungan Himpunan di masa yang akan datang tergantung pada bagaimana generasi kader HMI hari ini menyikapi tantangan-tantangan yang datang silih berganti. Permasalahan yang menerpa sendi-sendi tubuh HMI, nyaris berada pada titik yang mengkhawatirkan.
Banyaknya kader yang terjerembab dalam politik praktis, perebutan kursi jabatan himpunan yang kemudian menjadi polemik dan komplik berkepanjangan. Belum lagi sudah mulai redup dan hilangnya tradisi dan budaya ( membaca, berdiskusi, menulis ) kader-kader HMI.
Peliknya permasalahan yang kita hadapi hari ini menjadi bukti bahwa "sesuatu yang besar memang pasti selalu diuji" - sebuah situasi dimana kader-kader HMI dituntut menemukan formulasi yang tepat di era yang serba cepat.
Sebuah Resolusi
Sebagai salah satu kader, serta sebagai salah satu bentuk kecil tanggung kapada Himpunan. Di usia HMI yang Ke-72 tahun ini, tidak ada salahnya penulis memberi hadiah sebuah catatan kecil koreksi. Tidak akan berdosa pula rasanya jika penulis memiliki sebuah resolusi berhimpun bagi HMI Cabang Mataram pada khususnya, dan kader Himpunan Se-nusantara pada umumnya.
Kader-kader yang berhimpun hari ini, suka ataupun tidak suka pada akhirnya akan menjadi penanggung jawab serta penerus masa depan HMI.
"Bonus demografi, Pasar Bebas Dunia, Industri 4.0, Socity 5.0, Disruption Era seperti yang dikemukakan Prof. Rhenald Kasali, juga masih banyak tantangan-tantangan kompeks yang sedang dan akan terus kita hadapi"
Maka, penulis menilai untuk menyambut itu semua kader-kader HMI hendaklah kembali ke jalan Intelektualismenya. Sebuah jalan dimana tradisi dan budaya membaca, berdiskusi dan menulis hidup secara kritis sebagai tolak ukur sebuah organisasi intelektual mahasiswa atau kelompok Intelegensia.
Kisruh dan tendensi-tendensi praktis, perebutan jabatan dan ruwetnya kepentingan dangkal kelompok-kelompok yang berorientasi materi, jika tidak segera diatasi hanya akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja dan akan melenyapkan HMI.
Kader-kader HMI sebagai bagian dari masyarakat (civil society) berbangsa dan bernegara harus memiliki kesadaran bertanggung secara sosial dan intelektual. Memiliki idealisme serta terus mengasah kompetensi.
Karena itulah, tanpa menghilangkan peran strategis HMI dalam mengawal Politik-Demokrasi, penarik gerbong-gerbong intelektual harus di hidupkan kembali. Independensi sebagai kekayaan termahal harus teguh dijaga. Agar supaya cita-cita pendiri tetap hidup di setiap generasi kader HMI.
===
Panjang Umur Himpunan. Tetaplah Menyala Cita-Cita. Membaca. Berdiskusi. Menulis
YAKUSA - 72
Sudarman Effendi
Barejulat, 5 Februari 2019